A.
HASIL BELAJAR
Hasil merupakan
kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang
dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan
keterampilan mahasiswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sebagaimana
yang dikemukakan Hamalik (1995: 48) hasil belajar adalah: Perubahan tingkah
laku subject yang meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor dalam
situasi tertentu berkat pengalamannya berulang-ulang”. Pendapat tersebut
didukung oleh Sudjana (2005:3) “hasil belajar ialah perubahan tingkah laku yang
mencakup bidang kognitf, afektif, dan psikomotor yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya”.
Hasil belajar
merupakan tingkat kemampuan yang dapat dikuasai dari materi yang telah yang
diajarkan mencakup tiga kemampuan sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Bloom
di dalam Sudjana (2007:22-32) bahwa tingkat kemampuan atau penugasan yang dapat
dikuasai oleh mahasiswa mencakup tiga aspek yaitu :
a.
Kemampuan
kognitif (Cognitive Domain) adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek
intelektual atau secara logis yang biasa diukur dengan pikiran atau nalar.
Kawasan ini terdiri dari :
1) Pengetahuan (Knowlege), mencakup ingatan akan
hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan.
2) Pemahaman (Comprehension), mengacu pada kemampuan
memahami makna materi.
3) Penerapan (Application), mengacu pada kemampuan
menggunakan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut
penggunaan atau aturan dan prinsip.
4) Analisis (Analysis), mengacu kepada kemampuan
menguraikan materi ke dalam komponen-komponen atau faktor penyebabnya, dan
mampu memahami hubungan di antara bagian satu dnegan lainnya sehingga struktur
dan aturan dapat lebih dimengerti.
5) Sintesis (Syntesis), mengacu pada kemampuan
mengadukan konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur
atau bentuk baru.
6) Evaluasi (Evaluatio), mengacu pada kemampuan
memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai
untuk tujuan tertentu.
b.
Kemampuan
afektif (the affective domain) adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek
emosional seperti perasaan minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan
sebagainya. Kawasan ini terdiri dari :
1) Kemampuan menerima (Receiving), mengacu pada
kesukarelaan dan kemampuan memperhatikan respon terhadap stimulasi yang tepat.
2) Sambutan (responding), merupakan sikap mahasiswa
dalam memberikan respon aktif terhadap stimulus yang datang dari luar mencakup
kerelaan untuk memperhatikan secara aktif berpartisipasi dalam suatu kegiatan
3) Penghargaan (valueving), mengacu pada penilaian
atau pentingnya kita mengaitkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan
reaksi-reaksi seperti menerima, menolak, atau tidak memperhatikan.
4) Pengorganisasian (Organizing), mengaku pada
penyatuan nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan.
5) Karakteristik nilai (Charactezation by value),
mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa
sehingga menjadi milik pribadi.
c.
Kemampuan
psikomotor (The psychomotor domain) adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek
keterampilan yang melibatkan sistem syaraf dan otot (neuronmucular system) dan
fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari:
1) Persepsi (Perseption), mencakup kemampuan untuk
mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih.
2) Kesiapan (Ready), mencakup kemampuan untuk
menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai sesuatu gerakan atau rangkaian
gerakan.
3) Gerakan terbimbing (Guidance Response) Mencakup
kemampuan untuk melaksanakan suatu rangkaian gerak-gerik.
4) Gerakan yang terbiasa (Mechanical Response)
mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar.
5) Gerakan kompleks ( Complexs response) mencangkup
kemampuan untuk melaksanakan suatu ketrampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat dan
efisien.
6) Penyesuaian pola gerak (Adjusment), mencakup
kemampuan untuk mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan
kondisi setempat.
7) Kreatifitas (Creativity), mencakup kemampuan untuk
melahirkan aneka pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakasa dan
sendiri.
Berdasarkan
pengertian diatas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu
penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang.
Serta akan tersimpan dalam jangka waktu yang lama karena hasil belajar turut
serta dalam merubah cara berpikir serta
menghasilakan perilaku kerja yang lebih baik.
D.
KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK
Teori Piaget menguraikan
perkembangan kognitif dari masa bayi sampai masa dewasa. Piaget dalam Iskandar
(1996/1997:26-28) memandang perkembangan intelektual berdasarkan perkembangan
struktur kognitif. Semua anak melewati setiap tahap tersebut secara hirarki,
artiya anak tidak dapat melompati suatu tahap tanpa melaluinya.
Piaget dan kawan-kawan mengidentifikasikan empat terhadap
perkembangan kognitif anak, yakni:
1.
Sensorimotor (0 – 2 tahun)
Anak :
a.
Anak mengadaptasi dunia luar
melalui perbuatan.
b.
Pada awalnya belum mengenal
bahasa atau cara lain untuk member label pada obyek atau perbuatan.
c.
Tak mempunyai cara-cara untuk
memberi arti terhadap sesuatu dan tidak berpikir tentang dunia luar.
d. Di akhir tahap ini setelah
sampai pada pembentukan struktur kogntif sementara untuk mengkoordinasikan
perbuatan dalam hubungannya terhadap benda, waktu, ruang dan kausalitas.
e.
Mulai mempunyai/mengenal bahasa
untuk memberi label terhadap benda atau perbuatan.
2.
Pra Operasional ( 2 – 7 )
Anak :
a.
Mulai meningkatkan kosa kata.
b.
Membuat penilaian berdasarkan
persepsi bukan pertimbangan konseptual.
c.
Mengelompokan benda-benda
berdasarkan sifat-sifat.
d. Mulai memiliki pengetahuan
fisik mengenai sifat-sifat benda dan mulai memahami tingkah laku dan oraganisme
didalam lingkungannya.
e.
Tidak berpikir balik ( secara
reversible )
f.
Tidak berpikir tentang
bagian-bagian dan keseluruhan secara serentak
g.
Mempunyai pandangan subjektif
dan egosentrik
Bagian akhir dari tahap operasional adalah tahap intuitif yaitu anak
usia 4-6 atau 4-7 tahun. Anak-anak dalam tahp intuitif mempergunakan intuisinya
dalam menentukan sesuatu yaitu berdasarkan apa yang ditangkap oleh panca
indranya. Mereka belum dapat mengingat lebih dari satu hal pada satu saat.
3.
Operasional Konkret ( 6 – 11
atau 6 – 12 tahun )
Anak :
a.
Mulai memandang dunia secara
obyektif bergeser dari satu aspek situasi keaspek lain secara reflektif dan
memandang unsur-unsur kesatuan secara serempak.
b.
Mulai berpikir secara
opersional, misalnya kelompok elemen menjadi satu kesatuan yang utuh dan dapat
melihat hubungan elemen dengan kesatuan/keseluruhan secara bolak-balik.
c.
Mempergunakan cara berpikir
operasional untuk mengklarifikasi benda-benda.
d.
Membentuk dan mempergunakan
keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan
hubungan sebab akibat.
e.
Memahami konsep substansial,
volume zat cair, panjang, lebar, luas dan berat.
4.
Operasi Formal ( 11- 14 tahun )
Anak :
a.
Mempergunakan pemikiran tingkat
yang lebih tinggi yang terbentuk pada tahap sebelumnya.
b. Membentuk hipotesa, melakukan
penyelidikan/penelitian terkontrol, dapat menghubungkan bukti dengan teori.
c.
Dapat bekerja dengan ratio,
proporsi dan probalitas.
d.
Membangun dan memahami
penjelasan yang rumit mencakup rangkaian deduktif dari logika.
Berdasarkan penjelasan di atas maka karakteristik
siswa SD dapat dikategorikan dalam Operasional Konkret (6-11 atau 11-12) dimana
cara berpikir siswa masih terbatas. Keterbatasan tersebut disebabkan oleh
kepercayaan anak dan akan persepsi,
intuisi, dan egosentrismenya daripada alasan atau sebab-sebabnya. Selain itu
anak pada usia ini belum dapat secara mental mempertimbangkan
kemungkinan-kemungkinan yang beragam (lebih dari satu) untuk memecahkan suatu
masalah (memperoleh jawaban dari suatu masalah). Mereka hanya mampu
menghubungkan dengan hal-hal nyata ataupun hal-hal yang dapat mereka bayangkan.