Selasa, 30 Juli 2013

FUNGSI PENDIDIKAN

Para pakar pendidikan banyak sependapat bahwa fungsi pendidikan adalah meliputi : (1) fungsu individuasi, (2) fungsi sosialisasi, (3) fungsi nasionalisasi, dan (4) fungsi humanisasi. di dalam prakteknya perwujudan satu dengan lainnya sulit dipisah-pisahkan. meskipun demikian, supaya Anda lebih dapat memahami konsep pendidikan dengan lebih baik, fungsi-fungsi pendidikan itu akan dijelaskan satu persatu, oleh karena itu coba fokuskan perhatian anda pada penjelasan berikut.
  1. Pertama adalah  fungsi individuasi. Individuasi merujuk pada proses untuk menjadi diri sendiri sebagai pribadi yang unik, berbeda dengan pribadi yang lain. Seseorang berupaya mencapai prestasi terbaik dalam hal tertentu dengan bertumpu pada pemanfaatan segenappotensi yang dimilikinya tanapa tergantung kepada usaha orang lain. Jaadi individuasi merupakan tujuan dan fungsi pendidikan yang paling hakiki. 
  2. Kedua adalah fungsi sosialisasi dan pembudayaan. Fungsi ini adalah untuk mengembangkan anak didik untuk menjadi anggota masyarakat yang baik. Fungsi ini tidak bisa dipisahkan dengan fungsi pembudayaan. Dengan fungsi ini pendidikan yang diselenggarakan harus selalu mendorong dan menkondisikan anak didik untuk melakukan apa yang disebut dengan belajar sosial (sosial learning), anak diajarkan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain dengan memahami, menghayati dan melaksanakan sistem nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
  3. Ketiga adalah fungsi nasionalisasi. Fungsi ini mengandung bahwa pendidikan harus mendidik anak untuk menjadi warga negara yang baik. Dengan fungsi ini, pendidikan harus menumbuhkembangkan kesadaran, kecintaan dan kebanggaan setiap anak didik untuk menjadi warga Negara Kesatuan Replublik Indonesia.
  4. Keempat adalah fungsi humanisasi. Fungsi ini mengandung arti bahwa pendidikan berkewajiban untuk menumbuhkembangkan anak untuk menjadi bagian dari umat manusia di dunia, tanpa harus rikuh dengan perbedaan suku, ras dan agama. Dengan mengembangkan  fungsi ini, anak didik untuk mengembangkan sikap saling menghargai atau toleran perbedaan, hidup rukun dan damai dalam keragaman tanpa kehilangan idenditas aslinya.

Selasa, 23 Juli 2013

IMUNISASI


Imunisasi adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh kekebalan tubuh manusia terhadap penyakit tertentu.

Ø  Manfaat pemberian imunisasi adalah menurunkan angka kesakitan (morbiditas), angka kematian (mortalitas) dan kecacatan (sequale).
Ø  Ada beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, antara lain :
1.      Difteri
Merupakan penyakit infeksi mendadak yang sangat menular dan berbahaya yang terutama menyerang saluran pernafasan atas.
Penyebabnya adalah corynebacterium diphtheriae
Difteri menular melalui percikan air ludah penderita, melalui benda-benda uatu makanan yang terkontaminasi.
2.      Pertusis
Disebut juga batuk rejan/batuk 100 hari.
Pertusis sangat menular bagi yang tidak mempunyai kekebalan. Angka kejadian Pertusis pada bayi dibawah usia 6 bulan cukup tinggi.
3.      Tetanus
Infeksi terjadi melalui luka.
Kekebalan terhadap tetanus hanya diperoleh melalui vaksinasi lengkap.
Untuk ketiga penyakit tersebut diatas pencegahannya melalui vaksinasi DPT  pada bayi dan DT pada anak sekolah Dasar.
4.      Poliomyelitis
Merupakan  penyakit dengan kelumpuhan pada anggota gerak badan.
Penularan virus polio secara droplet (percikan ludah) sangat cepat terutama di daerah pemukiman padat penduduk dan sanitasi lingkungan yang kurang.
Pencegahannya dengan pemberian vaksin polio.
5.      Tuberculosis (TBC)
Penyakit ini sering ditemukan pada masyarakat ekonomi golongan rendah.
Cara penularan secara droplet (percikan ludah).
Beberapa organ tubuh yang dapat terserang penyakit ini adalah paru-paru, kulit, tulang, dan sendi, selaput otak, usus serta ginjal.
Resiko menderita penyakit ini tinggi pada usia di bawah 3 tahun.
Pencegahannya melalui vaksinasi BCG.
6.      Campak (Morbili)
Merupakan penyakit virus akut dan menular.
Penyebab penyakit ini adalah virus campak menyerang beberapa bagian tubuh diantaranya saluran pernafasan dan kulit.
Pemberian vaksin campak 1 kali dapat memberikan kekebalan lebih dari 14 tahun.
7.      Hepatitis B
Penyebab penyakit ini adalah adalaha virus hepatitis B.
Pencegahannya dengan pemberian vaksin hepatitis segera setelah lahir sampai usia 6 bulan.
Ø  90% bayi baru lahir beresiko tertular Hepatitis B
Ø  Pemeberian imunisasi ada 2 cara, yaitu dengan suntikan dan oral

HASIL BELAJAR


A.           HASIL BELAJAR
Hasil merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan mahasiswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sebagaimana yang dikemukakan Hamalik (1995: 48) hasil belajar adalah: Perubahan tingkah laku subject yang meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor dalam situasi tertentu berkat pengalamannya berulang-ulang”. Pendapat tersebut didukung oleh Sudjana (2005:3) “hasil belajar ialah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitf, afektif, dan psikomotor yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya”.
Hasil belajar merupakan tingkat kemampuan yang dapat dikuasai dari materi yang telah yang diajarkan mencakup tiga kemampuan sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Bloom di dalam Sudjana (2007:22-32) bahwa tingkat kemampuan atau penugasan yang dapat dikuasai oleh mahasiswa mencakup tiga aspek yaitu :
a.              Kemampuan kognitif (Cognitive Domain) adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek intelektual atau secara logis yang biasa diukur dengan pikiran atau nalar. Kawasan ini terdiri dari :
1)      Pengetahuan (Knowlege), mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan.
2)      Pemahaman (Comprehension), mengacu pada kemampuan memahami makna materi.
3)      Penerapan (Application), mengacu pada kemampuan menggunakan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan atau aturan dan prinsip.
4)      Analisis (Analysis), mengacu kepada kemampuan menguraikan materi ke dalam komponen-komponen atau faktor penyebabnya, dan mampu memahami hubungan di antara bagian satu dnegan lainnya sehingga struktur dan aturan dapat lebih dimengerti.
5)      Sintesis (Syntesis), mengacu pada kemampuan mengadukan konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru.
6)      Evaluasi (Evaluatio), mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai  untuk tujuan tertentu.
b.             Kemampuan afektif (the affective domain) adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional seperti perasaan minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Kawasan ini terdiri dari :
1)      Kemampuan menerima (Receiving), mengacu pada kesukarelaan dan kemampuan memperhatikan respon terhadap stimulasi yang tepat.
2)      Sambutan (responding), merupakan sikap mahasiswa dalam memberikan respon aktif terhadap stimulus yang datang dari luar mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif berpartisipasi dalam suatu kegiatan
3)      Penghargaan (valueving), mengacu pada penilaian atau pentingnya kita mengaitkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak, atau tidak memperhatikan.
4)      Pengorganisasian (Organizing), mengaku pada penyatuan nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan.
5)      Karakteristik nilai (Charactezation by value), mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa sehingga menjadi milik pribadi.
c.              Kemampuan psikomotor (The psychomotor domain) adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan sistem syaraf dan otot (neuronmucular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari:
1)      Persepsi (Perseption), mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih.
2)      Kesiapan (Ready), mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai sesuatu gerakan atau rangkaian gerakan.
3)      Gerakan terbimbing (Guidance Response) Mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu rangkaian gerak-gerik.
4)      Gerakan yang terbiasa (Mechanical Response) mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar.
5)      Gerakan kompleks ( Complexs response) mencangkup kemampuan untuk melaksanakan suatu ketrampilan, yang terdiri atas  beberapa komponen, dengan lancar, tepat dan efisien.
6)      Penyesuaian pola gerak (Adjusment), mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan kondisi setempat.
7)      Kreatifitas (Creativity), mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakasa dan sendiri.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu yang lama karena hasil belajar turut serta dalam merubah cara berpikir  serta menghasilakan perilaku kerja yang lebih baik.
                                                                                                               
D.      KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK
 Teori Piaget menguraikan perkembangan kognitif dari masa bayi sampai masa dewasa. Piaget dalam Iskandar (1996/1997:26-28) memandang perkembangan intelektual berdasarkan perkembangan struktur kognitif. Semua anak melewati setiap tahap tersebut secara hirarki, artiya anak tidak dapat melompati suatu tahap tanpa melaluinya.
Piaget dan kawan-kawan mengidentifikasikan empat terhadap perkembangan kognitif anak, yakni:
1.                Sensorimotor  (0 – 2 tahun)
Anak :
a.         Anak mengadaptasi dunia luar melalui perbuatan.
b.       Pada awalnya belum mengenal bahasa atau cara lain untuk member label pada obyek atau perbuatan.
c.         Tak mempunyai cara-cara untuk memberi arti terhadap sesuatu dan tidak berpikir tentang dunia luar.
d.     Di akhir tahap ini setelah sampai pada pembentukan struktur kogntif sementara untuk mengkoordinasikan perbuatan dalam hubungannya terhadap benda, waktu, ruang dan kausalitas.
e.         Mulai mempunyai/mengenal bahasa untuk memberi label terhadap benda atau perbuatan.
2.                Pra Operasional ( 2 – 7 )
Anak :
a.         Mulai meningkatkan kosa kata.
b.         Membuat penilaian berdasarkan persepsi bukan pertimbangan konseptual.
c.         Mengelompokan benda-benda berdasarkan sifat-sifat.
d.    Mulai memiliki pengetahuan fisik mengenai sifat-sifat benda dan mulai memahami tingkah laku dan oraganisme didalam lingkungannya.
e.         Tidak berpikir balik ( secara reversible )
f.          Tidak berpikir tentang bagian-bagian dan keseluruhan secara serentak
g.         Mempunyai pandangan subjektif dan egosentrik
Bagian akhir dari tahap operasional adalah tahap intuitif yaitu anak usia 4-6 atau 4-7 tahun. Anak-anak dalam tahp intuitif mempergunakan intuisinya dalam menentukan sesuatu yaitu berdasarkan apa yang ditangkap oleh panca indranya. Mereka belum dapat mengingat lebih dari satu hal pada satu saat.
3.                Operasional Konkret ( 6 – 11 atau 6 – 12 tahun )
Anak :
a.         Mulai memandang dunia secara obyektif bergeser dari satu aspek situasi keaspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur kesatuan secara serempak.
b.         Mulai berpikir secara opersional, misalnya kelompok elemen menjadi satu kesatuan yang utuh dan dapat melihat hubungan elemen dengan kesatuan/keseluruhan secara bolak-balik.
c.         Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklarifikasi benda-benda.
d.        Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat.
e.         Memahami konsep substansial, volume zat cair, panjang, lebar, luas dan berat.
4.                Operasi Formal ( 11- 14 tahun )
Anak :
a.  Mempergunakan pemikiran tingkat yang lebih tinggi yang terbentuk pada tahap sebelumnya.
b.  Membentuk hipotesa, melakukan penyelidikan/penelitian terkontrol, dapat menghubungkan bukti dengan teori.
c.         Dapat bekerja dengan ratio, proporsi dan probalitas.
d.        Membangun dan memahami penjelasan yang rumit mencakup rangkaian deduktif dari logika.
Berdasarkan penjelasan di atas maka karakteristik siswa SD dapat dikategorikan dalam Operasional Konkret (6-11 atau 11-12) dimana cara berpikir siswa masih terbatas. Keterbatasan tersebut disebabkan oleh kepercayaan anak dan akan  persepsi, intuisi, dan egosentrismenya daripada alasan atau sebab-sebabnya. Selain itu anak pada usia ini belum dapat secara mental mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang beragam (lebih dari satu) untuk memecahkan suatu masalah (memperoleh jawaban dari suatu masalah). Mereka hanya mampu menghubungkan dengan hal-hal nyata ataupun hal-hal yang dapat mereka bayangkan.